Posts Subscribe comment Comments

Boneka Berbusana Muslim

Membikin boneka dengan menonjolkan karakter keislaman, bisa jadi menjadi peluang bisnis yang cukup menggiurkan. Arrosa telah membuktikannya dengan mengalirnya pesanan setiap bulannya dari pasar dalam negeri dan mancanegara. Keuntungan usahannya lumayan menarik
Siapa tak kenal boneka? Semua orang, khususnya kaum hawa, dari bayi hingga dewasa, tentu mengenal alat permainan ini, setidaknya pernah melihat atau menyentuhnya. Menurut sebuah catatan, boneka muncul untuk pertama kalinya pada 3.000 tahun sebelum masehi. Awalnya, permainan ini dibuat untuk dijadikan obyek dalam ritual keagamaan atau upacara adat. Dalam perkembangannya, boneka juga mengalami evolusi baik aplikasi maupun penggunaannya. Boneka selain berfungsi sebagai mainan, juga sebagai penghias ruangan, koleksi, atau teman tidur bahkan sebagai gift untuk perisitiwa tertentu.

Selanjutnya, benda ini dijadikan pula sarana penunjang kegiatan pendidikan atau pengajaran dini untuk menebarkan nilai-nilai Islam, seperti yang dilakukan Arrosa, produsen boneka berkarakter nilai Islami. Arrosa sendiri dalam Bahasa Arab berarti boneka, juga merupakan merek dagang boneka berbusana muslimah. “Latar belakang munculnya Arrosa sebenarnya alternatif dari berbagai macam boneka yang sudah beredar di pasar. Tapi, karena boneka-boneka itu pada umumnya memakai busana biasa, kami mencoba menawarkan boneka yang berbaju muslimah ini,” kata Umining Dwi Kusminarti (Atiek), kreator Arrosa.

Selain itu, Asrul Iman melanjutkan, kehadiran boneka berbusana muslimah semacam ini sangat penting bagi anak-anak. “Sebab, sebaiknya, sedini mungkin mereka diperkenalkan atau dididik mengenai segala sesuatu dalam Islam, tanpa mengecilkan peran boneka-boneka lain, tentunya. Singkat kata, boneka Arrosa hanyalah alternatif sekaligus menginformasikan bahwa saat ini telah tersedia boneka yang khusus untuk muslimah,” ucap rekanan yang menangani bagian promosi, pemasaran, dan keuangan ini.

Arrosa untuk sementara ini cuma menyediakan boneka perempuan berbusana muslim. Ikhwal usaha boneka muslimah ini pertama kali muncul pada Agustus 2005 dengan modal awal sekitar Rp20 juta. Layaknya sebuah terobosan baru, dari 200 boneka yang didandani busana muslim ini, hanya puluhan yang diserap pasar. Tapi, setelah pasar mulai mengenalnya, dalam jangka waktu delapan bulan, 800 boneka laris manis bak kacang goreng. “Semula, penjualan berjalan sangat lamban. Sebab, hanya saya yang menjalankan. Tapi, setelah lebaran dan Asrul yang kebetulan mempunyai cukup banyak jaringan ikut bergabung, penjualan pun meningkat sedikit demi sedikit. Bahkan, saat ini kami sedang kewalahan memenuhi pemesan dari Balikpapan sebanyak 100 boneka,” kata Atiek.

Apa yang diungkapkan Atiek bukanlah sebuah kesombongan atas tanda-tanda sukses mereka. Lebih dari pada itu, Atiek mengemukakan sebuah “keluhan” atas kendala yang dihadapi bisnisnya. Permintaan besar namun kapasitas produksi masih terbatas. Sejauh ini, di bagian produksi, dia hanya dibantu oleh tujuh ibu rumah tangga di lingkungan Bojong Gede, lokasi workshop Arrosa. Status para “karyawan” inilah yang membuat Atiek dan Asrul tidak dapat mem-push mereka, untuk lebih giat lagi berproduksi sehingga target terpenuhi. Kondisi ini, juga membuat mereka menahan diri untuk tidak over expose. Karena, mereka khawatir tidak mampu memenuhi permintaan atau pemesanan. “Kami juga hanya dapat membayar mereka, berdasarkan berapa banyak yang bisa mereka hasilkan dalam kurun waktu tertentu,” ujar Asrul. Untuk mengatasi kondisi ini, Arrosa menjalin kerja sama dengan panti rehabilitasi cacat fisik pada Mei nanti, sebuah pesantren di Bekasi dan Ciawi, serta dengan departemen perindustrian dan penjahit profesional.

Arrosa tampaknya sangat paham akan kemauan konsumen. Bukan apa-apa “keluhan” para konsumen selama ini, adalah boneka yang ada di pasar didominasi produk Cina yang bertampang bule. Padahal konsumen ini menurut Atiek menginginkan boneka berwajah Asia atau negara-negara Islam lain. “Nanti, kalau Arrosa sudah berkembang, kami akan mencetak sendiri boneka yang lebih pantas untuk busana muslimah ini,” kata Atiek yang juga berencana mendadani boneka-bonekanya dengan busana pengantin muslim, berbagai baju adat di Indonesia, dan membuat baju muslim untuk boneka laki-laki, serta aksesori seperti sajadah, tasbih, dan musholla.

Arrosa yang menurut pengakuan Asrul memiliki standar kualitas 30% di bawah boneka Barbie ini, dijual dengan harga Rp55 ribu per buahnya. “Kami tidak menjual langsung ke end user. Melalui tangan kedua, boneka-boneka ini dijual dengan harga Rp75 ribu–Rp80 ribu,” ucap Atiek yang juga menyediakan busana-busana muslimah seukuran bonekanya dengan harga Rp25 ribu–Rp30 ribu. Dengan total penjualan dan pemesanan sebanyak 500 boneka, maka dalam sebulan Arrosa meraup omset lebih dari Rp20 juta.

Boneka yang digemari anak-anak hingga perempuan dewasa, terutama yang berkerudung ini, sebenarnya lebih banyak dibuat berdasarkan pesanan terutama dari Tuban (Jawa Timur), Yogyakarta, Bali, Bandung, Duri (Riau), Pekanbaru, Singapura, dan Abu Dhabi (Uni Emirat Arab). Namun, bagi konsumen yang ingin membeli langsung, Arrosa juga membuka gerai di Mangga Dua dan Kalibata (Jakarta), Bojong Gede (Bogor), Bandung, Cimanggis (Depok), Pekayon (Bekasi), dan berikutnya di Cikarang (Bekasi).

Untuk menciptakan kesan eksklusivitas produknya (limited edition), Arrosa yang mereknya dipatenkan sejak Januari lalu cuma mendandani satu gaya busana baik kasual, semi formal, maupun formal dengan motif dan warna berbeda untuk setiap 50 boneka. “Kami mengistilahkannya dengan seri atau model sama tapi motif dan warna berbeda,” kata Atiek yang untuk busana bonekanya menggunakan bahan sifon, songket, satin, sari, dan piskin.

Arrosa adalah sebuah strategi diferensiasi produk yang gencar dilakukan oleh perusahaan di jaman yang serba kompetitif ini. Tujuan akhir tentu sudah mudah ditebak yakni mengisi ceruk pasar yang tidak bisa digarap oleh produsen yang ada (incumbent player). Lazimnya sebuah terobosan inovasi bisnis dan sebuah peluang usaha, potensi untuk meniru pasti selalu ada. Jika tidak menyiapkan langkah antisipasi untuk terus bertahan dengan sejumlah inovasi produk dan pasar, maka mereka akan tergerus oleh pesaing. Arrosa ibarat pepatah sambil menyelam minum air, sambil syiar sekaligus berbisnis, bukan begitu?